Modernis.co, Malang – Indonesia merupakan negara yang sangat luas yang terdiri dari banyak pulau dan salah satu negara dengan pulau terbanyak di dunia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017 yang dirilis tahun 2018, Indonesia memiliki 16 ribu pulau baik yang kecil maupun yang besar.
Bukan hanya pulau yang banyak tetapi Indonesia juga memiliki banyak sekali alam yang indah sehingga memancing banyak wisatawan mancanegara untuk melihat keindahan alam negeri ini.
Indonesia juga memiliki penduduk yang sangat banyak yang terdiri dari berbagai suku, ras, dan agama. Menurut data yang dirilis oleh PBB, Indonesia menempati urutan keempat penduduk terpadat di dunia di bawah Amerika Serikat.
Maka dari itu, infrastruktur merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang berbagai bidang seperti ekonomi dan pendidikan, karena 2 faktor tersebut merupakan salah satu indikator majunya sebuah negara sehingga tercipta sumber daya manusia yang berkualitas dan pendapatan per kapita tinggi, apabila pendapatan per kapitanya tinggi maka jumlah kemiskinan akan menurun.
Namun, jika kita lihat di Indonesia pembangunan infrastruktur kurang merata, seperti di daerah-daerah pelosok banyak sekali penduduk di sana mendapatkan pendidikan yang kurang layak dan memiliki penghasilan yang sangat minim dikarenakan penduduk di sana bekerja seadanya.
Hal yang menjadi kendala adalah sulitnya akses menuju sebuah kampung yang harus melewati hutan, jalan rusak, bahkan ada yang harus menyeberangi sungai menggunakan perahu.
Karena akses yang sangat sulit, bahan makanan pokok pun menjadi mahal dan tidak sesuai dengan penghasilan masyarakat di sana yang bekerja seadanya. Bahkan, di salah satu daerah perbatasan Indonesia dan Malaysia. Masyarakat di sana terpaksa memakai mata uang Ringgit dan membeli bahan makanan dari Malaysia, karena jika membeli dari Indonesia harganya lebih mahal disebabkan biaya operasional yang tinggi.
Kalau bicara soal pendidikan, di sana para siswa harus berjalan berkilo-kilo meter karena jarak sekolah yang sangat jauh, belum lagi bangunan sekolah di sana sangat tidak layak dan juga jumlah guru di sana sangat sedikit. Gaji yang tidak sesuai dan susahnya hidup di sana menjadi alasan mengapa sebagian guru tidak mau ditugaskan di sana.
Minimnya infrastruktur seperti listrik dan internet juga menjadi kendala, apalagi pada masa pandemi Covid-19 pemerintah menerapkan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) atau sekolah online, karena di daerah pelosok tidak ada listrik apalagi internet dan para orang tua tidak mampu membelikan gawai untuk anaknya karena penghasilan mereka sangat kecil, maka ketetapan pemerintah tersebut tidak dapat terealisasi.
Di beberapa daerah pelosok guru harus mengunjungi rumah siswanya satu per satu dan karena kurangnya tenaga pengajar di sana, guru tidak bisa memberikan standar yang harus dicapai siswa. Dalam seminggu siswa hanya belajar dua sampai tiga jam saja, dan guru tidak mewajibkan mempelajari semua materi tetapi hanya agar siswa bisa belajar saja.
Di salah satu acara televisi yang dipublikasi pada tanggal 18 Agustus 2020 di Youtube berjudul “Nestapa Tanah Pusaka”, menggambarkan di SD Negeri Bidipraing, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur, NTT, beberapa siswa yang pulang sekolah harus menempuh jarak yang jauh dan melewati sungai yang lebar dan dalam.
Jalan satu-satunya agar bisa menyeberangi sungai tersebut yaitu menggunakan perahu, tapi perahu tersebut tidak cukup untuk menampung seluruh siswa sehingga beberapa siswa harus berenang. Ketika diwawancarai salah satu siswa, siswa tersebut beberapa kali melihat buaya yang sedang mencari makan di sungai tersebut.
Setelah melewati sungai mereka harus berjalan kaki melewati hutan dan melewati puncak gunung, mereka harus melewati jalan setapak yang sempit di tebing yang sangat curam, setelah sampai puncak mereka harus menuruni gunung tersebut, setelah melewati gunung mereka harus melewati sungai lagi menggunakan perahu yang lebih kecil dari sebelumnya, tetapi tidak semua siswa dapat menaiki perahu tersebut dan akhirnya sebagian dari mereka memilih berenang.
Setelah melewati sungai kedua mereka berjalan kaki lagi dan tak jauh akhirnya sampai di pemukiman warga, lalu mereka pulang ke rumah masing-masing. Sungguh sangat miris perjuangan anak-anak di sana untuk menjemput hak pendidikan mereka, tetapi mereka tetap semangat walaupun harus mempertaruhkan nyawa.
Beralih ke salah satu desa terpencil di daerah provinsi Aceh yaitu Desa Alue Keujruen. Akses menuju desa ini hanya bisa dilalui jalur sungai dan satu satunya alat transportasi yang bisa digunakan warga untuk pulang pergi dari desa ke kota adalah perahu mesin. Di desa ini dihuni lebih dari 70 kepala keluarga, walaupun listrik sudah masuk di desa ini tetapi sinyal telepon masih belum terjangkau.
Mayoritas warga di sini mencukupi kebutuhan sehari-hari mengandalkan dari hasil berkebun. Dan, Menurut salah satu warga yang mencari nafkah mengandalkan buah coklat dan kopi Menggamat, hasil dari bertani kadang tidak sebanding dengan modal untuk membayar perahu pengangkut hasil tani, sehingga uang yang didapatkan tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Dua daerah tersebut merupakan gambaran daerah pelosok Indonesia yang kurang diperhatikan oleh pemerintah, padahal mereka memiliki hak untuk memperoleh pendidikan maupun kesejahteraan. Sebenarnya di daerah pelosok banyak sekali kekayaan alam seperti berbagai hasil perkebunan yang dapat mensejahterakan masyarakat di sana.
Namun, karena minimnya infrastruktur menyebabkan biaya operasional mahal sehingga mereka kesulitan untuk memasarkan hasil kebun mereka dan mendapatkan keuntungan yang sedikit.
Hal ini merupakan tanggung jawab pemerintah karena menyejahterakan dan memberikan pendidikan yang layak merupakan tujuan negara Republik Indonesia, seperti yang tertuang pada Pembukaan UUD 1945 yaitu “Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Pembangunan infrastruktur tidak hanya di perkotaan saja, tetapi di daerah terpencil pun harus ikut merasakan, agar angka kemiskinan berkurang dan dapat memaksimalkan potensi kekayaan alam di Indonesia.
Serta memberikan pendidikan yang layak untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga masyarakat di sana memiliki harapan yang tinggi untuk masa depan mereka.
Oleh: Priyagung Widi Amirul Muttaqin (Mahasiswa Prodi PAI Universitas Muhammadiyah Malang)